Selasa, 10 Oktober 2017

ETIKA LAYAR TANCAP

Ingatkah kita pada zaman ketika film ditonton melalui layar putih lebar dan dilaksanakan di lapangan terbuka?. Biasanya film-film itu ada pada saat ada peristiwa yang gembirakan. Saat pesta pernikahan, sunatan, atau selamatan adalah saat ketika warga kelas bawah dimanja oleh tayangan-tayangan yang mengocok perasaan mereka. Ya, saat itu layar tancap menjadi sarana hiburan murah meriah yang dapat dinikmati karena bioskop dan kaset video cukup mahal harganya.
Ketika menonton layar tancap, hanya ada satu aturannya yaitu semau gue. Tidak ada aturan yang menghalangi kita untuk cemberut, terbahak-bahak, tersenyum simpul, bertepuk tangan, atau diam sekalipun. Jika tokoh jahat yang muncul, kita boleh berteriak mencemoohnya. Jika Barry Prima yang datang, penonton akan mengelu-elukannya..Lalu bagagaimana jika muncul aktrisnya yang cantik atau bahenol? Tentu penonton boleh bersuit atau bersiul karena mengaguminya. Kalau di tengah acara datang hujan lebat? Bubar sajalah.penontonnya, gratis ini.

Di sekolah guru terkadang ada dalam situasi seperti itu. Ketika sedang ulangan, tiba-tiba di luar  jendela ada anak berteriak dengan harapan anak yang sedang ulangan tertawa atau kaget. Mungkin maksudnya agar suasana ulangan menjadi cair, tetapi itu bukan tindakan yang baik. Mungkin juga ada situasi ketika ada anak mencemooh gaya temannya yang sedang berbicara di depan kelas hanya karena anak itu kurang disukai. Pada saat itulah peran guru sangat dibutuhkan untuk menunjukkan mana tindakan yang benar atau salah. Guru perlu mengingatkan siswa tentang etis atau tidak etisnya sebuah ucapan atau perbuatan. Bukankan sejak dulu sudah ada etika berbicara, etika menghormati guru, menghormati orang tua atau orang yang lebih tua.

Kata etis berhubungan dengan etika.  Ada tiga arti etika di dalam KBBI. Salah satunya adalah nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kebebasan yang berlebihan sering mengaburkan nilai-nilai atau norma yang ada. Orang lebih memiliki tendensi untuk mengekspresikan apa yang dipikirkan dan dirasakan secara bebas. Padahal harus diingat bahwa di balik kebebasan yang kita lakukan ada kebebasan orang lain yang terlibas.

Sangat menarik apa yang diucapkan Bapak Jokowi dalam pidatonya pada pidato Hari guru dan PGRI di Sentul kemarin. Ilmu pengetahuan itu penting, tetapi terutama bagi anak di TK, SD, dan SMP nilai kedisiplinan, etika, kejujuran, kerja keras, optimisme harus disuntikkan. Di sinilah peran penting guru diperlukan. Tentunya bukan etika dalam bentuk dogma yang dibutuhkan siswa, contoh nyata yang harus selalu ditunjukkan oleh guru. Jangan menganggap bahwa segalanya harus dinikmati seperti menonton layar tancap.

#selamat hari guru 2016


Link soal Formatif untuk ulangan susulan diskusi dan cerita inspiratif (boleh open book) https://drive.google.com/open?id=126qDce3xdsowKf...