Angka ada di
mana-mana. Suka atau tidak suka kita sering berhubungan dengan angka. Karena
angka sering diidentikkan dengan pelajaran matematika, dan banyak orang yang
tidak menyukai angka. Padahal, dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan bilangan. Ketika mengecek
gaji, membayar listrik, atau menilai siswa,
kita akan selalu bersinggungan dengan kata tersebut. Angka menjadi hal
yang dibenci sekaligus dibutuhkan oleh sebagian orang. Dapat dibayangkan, bila
uang di saku tidak ada, kita akan merindukan
angka-angka dalam lembaran kertas dengan jumlah dan digit yang terbesar.
Di kalangan masyarakat sekarang yang materialis, tingkat keberhasilan seseorang
sering dihitung dengan angka. Semakin besar nilai angka dalam bentuk uang yang
dimiliki seseorang, semakin ia dihormati orang lain.
Angka yang dimaksud
dalam tulisan ini adalah nilai-nilai Latihan Ujian Nasional (LUN) yang baru saja diselesaikan siswa.
Dalam rekapitulasi nilai, biasanya akan diketahui siapa siswa yang mendapatkan
nilai tertinggi, siapa siswa yang mendapat nilai terendah, dan berapa nilai
rata-rata dari total siswa. Dengan asumsi tingkat kesukaran soal setiap Latihan Ujian Sekolah sama, dari angka-angka itu dapat dilihat perbandingan nilai yang didapat
siswa dari LUN pertama dengan LUN selanjutnya. Dari data itu pun kita bisa
melihat tingkat keberhasilan guru dalam mentransfer materi pelajaran dengan
meminimalisasi unsur subjektivitas. Pengajar terkadang merasa sudah menggunakan
100 persen kemampuannya untuk mengangkat nilai siswa. Namun, deretan angka yang
rasional itu dapat menunjukkan kekeliruan kata “merasa” yang subjektif.
Penulis tidak termasuk orang yang mumpuni dalam
menghitung angka, biasa-biasa sajalah istilahnya. Akan tetapi, ada hal yang menarik dari angka.
Dengan angka, dapat diketahui banyak hal. Setidaknya, guru dapat menganalisis
dan menginterpretasikan data yang ada. Kegiatan itu ada hubungannya dengan statistika. Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.
Ada beberapa
kegunaan statistik dalam penelitian, di antaranya: alat untuk mengetahui hubungan sebab akibat
antara dua atau lebih variabel;
memberikan teknik-teknik sederhana dalam mengklasifikasi data dan menyajikan data secara lebih mudah
sehingga bisa dimengerti secara lebih mudah; membantu peneliti dalam
menyimpulkan suatu perbedaan yang diperoleh apakah benar-benar secara
signifikan; dan secara teknik dapat
digunakan untuk menguji hipotesis.
Statistika tidak
hanya bisa digunakan untuk menghitung sesuatu yang canggih karena ada pula
pemanfaatan statistika yang sederhana. Secara iseng dapat dikatakan bahwa untuk
menaikkan rata-rata nilai siswa sebesar 0,1, dibutuhkan 60% dari total siswa
yang mendapat kenaikan nilai sebanyak 0,1 poin. Dengan cara lain, dapat
disebutkan bahwa untuk menaikkan rata-rata nilai yang sama, dibutuhkan 10% dari
total siswa yang mendapatkan kenaikan nilai sebanyak 2 digit.
Di sekolah-sekolah
yang memiliki sistem baik, sepertinya bentuk tes untuk mengukur tingkat
kemampuan siswa berjalan tanpa banyak masalah. Faktor-faktor penyebabnya antara
lain kesiapan guru, tingkat kesiapan belajar siswa bersangkutan, dukungan
lingkungan di sekolah yang baik, dan dukungan orang tua menjadi hal positif
terhadap keberhasilan anak belajar. Orang tua mempersiapkan pengembangan
kemampuan anak mereka sejak awal. Bimbingan belajar di luar sekolah maupun les
yang disiapkan guru disepakati dengan antusias untuk membantu anaknya mempersiapkan
diri menghadapi ujian.
Bagaimana dengan
keadaan di sekolah yang masih berkembang? Situasinya pasti berbeda. Anak harus
dimotivasi dahulu agar semangatnya naik. Terkadang, memberikan les tambahan
gratis saja tidak ditanggapi dengan antusias tinggi. Orang tua harus dibuka kesadarannya karena
banyak yang hanya berpikir bahwa anaknya yang penting lulus tanpa memperhatikan
nilai yang didapat. Semakin kecil biaya yang dikeluarkan, semakin baik untuk
mereka.
Kita kembali pada
hitungan simpel pada tulisan di atas. Bila angka rata-rata nilai mapel tertentu
dengan total siswa 200 orang adalah 46.3, untuk menaikkan nilai tersebut menjadi 46,4 diperlukan 100
siswa lebih yang mendapatkan kenaikan nilai sebanyak 0,1 poin. Jika soal ada
40, setidaknya harus ada 1 soal tambahan yang bernilai benar. Kelihatannya
mudah, namun bagi sekolah dengan kondisi yang tidak ideal, hal tersebut sulit
dicapai. Barangkali bisa dipahami bahwa untuk
menaikkan angka rata-rata,
diperlukan tenaga ekstra guru dua kali lipat dari tenaga maksimal dan
kondisi lain yang mendekati ideal.
2017
Bacaan : https://visiuniversal.blogspot.co.id/kegunaan-statistik-dalam-penelitian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar