Selasa, 19 November 2019

BERMAIN-MAIN DENGAN ANGKA


Angka ada di mana-mana. Suka atau tidak suka kita sering berhubungan dengan angka. Karena angka sering diidentikkan dengan pelajaran matematika, dan banyak orang yang tidak menyukai angka.  Padahal, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan bilangan. Ketika mengecek gaji, membayar listrik, atau menilai siswa,  kita akan selalu bersinggungan dengan kata tersebut. Angka menjadi hal yang dibenci sekaligus dibutuhkan oleh sebagian orang. Dapat dibayangkan, bila uang di saku tidak ada, kita akan merindukan  angka-angka dalam lembaran kertas dengan jumlah dan digit yang terbesar. Di kalangan masyarakat sekarang yang materialis, tingkat keberhasilan seseorang sering dihitung dengan angka. Semakin besar nilai angka dalam bentuk uang yang dimiliki seseorang, semakin ia dihormati orang lain.

Angka yang dimaksud dalam tulisan ini adalah nilai-nilai Latihan Ujian Nasional  (LUN) yang baru saja diselesaikan siswa. Dalam rekapitulasi nilai, biasanya akan diketahui siapa siswa yang mendapatkan nilai tertinggi, siapa siswa yang mendapat nilai terendah, dan berapa nilai rata-rata dari total siswa. Dengan asumsi tingkat kesukaran soal setiap Latihan Ujian Sekolah sama, dari angka-angka itu dapat dilihat perbandingan nilai yang didapat siswa dari LUN pertama dengan LUN selanjutnya. Dari data itu pun kita bisa melihat tingkat keberhasilan guru dalam mentransfer materi pelajaran dengan meminimalisasi unsur subjektivitas. Pengajar terkadang merasa sudah menggunakan 100 persen kemampuannya untuk mengangkat nilai siswa. Namun, deretan angka yang rasional itu dapat menunjukkan kekeliruan kata “merasa” yang subjektif.

Penulis tidak termasuk orang yang mumpuni dalam menghitung angka, biasa-biasa sajalah istilahnya.  Akan tetapi, ada hal yang menarik dari angka. Dengan angka, dapat diketahui banyak hal. Setidaknya, guru dapat menganalisis dan menginterpretasikan data yang ada. Kegiatan itu   ada hubungannya dengan statistika. Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.

Ada beberapa kegunaan statistik dalam penelitian, di antaranya:   alat untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua atau lebih variabel;  memberikan teknik-teknik sederhana dalam mengklasifikasi data  dan menyajikan data secara lebih mudah sehingga bisa dimengerti secara lebih mudah; membantu peneliti dalam menyimpulkan suatu perbedaan yang diperoleh apakah benar-benar secara signifikan;  dan secara teknik dapat digunakan untuk menguji hipotesis.

Statistika tidak hanya bisa digunakan untuk menghitung sesuatu yang canggih karena ada pula pemanfaatan statistika yang sederhana. Secara iseng dapat dikatakan bahwa untuk menaikkan rata-rata nilai siswa sebesar 0,1, dibutuhkan 60% dari total siswa yang mendapat kenaikan nilai sebanyak 0,1 poin. Dengan cara lain, dapat disebutkan bahwa untuk menaikkan rata-rata nilai yang sama, dibutuhkan 10% dari total siswa yang mendapatkan kenaikan nilai sebanyak 2 digit.

Di sekolah-sekolah yang memiliki sistem baik, sepertinya bentuk tes untuk mengukur tingkat kemampuan siswa berjalan tanpa banyak masalah. Faktor-faktor penyebabnya antara lain kesiapan guru, tingkat kesiapan belajar siswa bersangkutan, dukungan lingkungan di sekolah yang baik, dan dukungan orang tua menjadi hal positif terhadap keberhasilan anak belajar. Orang tua mempersiapkan pengembangan kemampuan anak mereka sejak awal. Bimbingan belajar di luar sekolah maupun les yang disiapkan guru disepakati dengan antusias untuk membantu anaknya mempersiapkan diri menghadapi ujian.

Bagaimana dengan keadaan di sekolah yang masih berkembang? Situasinya pasti berbeda. Anak harus dimotivasi dahulu agar semangatnya naik. Terkadang, memberikan les tambahan gratis saja tidak ditanggapi dengan antusias tinggi.  Orang tua harus dibuka kesadarannya karena banyak yang hanya berpikir bahwa anaknya yang penting lulus tanpa memperhatikan nilai yang didapat. Semakin kecil biaya yang dikeluarkan, semakin baik untuk mereka.

Kita kembali pada hitungan simpel pada tulisan di atas. Bila angka rata-rata nilai mapel tertentu dengan total siswa 200 orang adalah 46.3, untuk menaikkan  nilai tersebut menjadi 46,4 diperlukan 100 siswa lebih yang mendapatkan kenaikan nilai sebanyak 0,1 poin. Jika soal ada 40, setidaknya harus ada 1 soal tambahan yang bernilai benar. Kelihatannya mudah, namun bagi sekolah dengan kondisi yang tidak ideal, hal tersebut sulit dicapai. Barangkali bisa dipahami bahwa untuk  menaikkan angka rata-rata,   diperlukan tenaga ekstra guru dua kali lipat dari tenaga maksimal dan kondisi lain yang mendekati ideal.
2017
Bacaan : https://visiuniversal.blogspot.co.id/kegunaan-statistik-dalam-penelitian/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link soal Formatif untuk ulangan susulan diskusi dan cerita inspiratif (boleh open book) https://drive.google.com/open?id=126qDce3xdsowKf...